Selasa, 03 Desember 2013

Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin

Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolic multisystem dengan ciri hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Kelainan pada sekresi atau kerja insulin tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Seperti yang telah diketahui bersama, penyakit diabetes terbagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh ketidaknormalan pankreas dalam mensekresikan insulin. Hal tersebut berbeda dengan diabetes tipe 2 yang disebabkan oleh resistensi insulin. Dari kedua tipe tersebut, diabetes tipe 2 merupakan penyakit yang lebih banyak dijumpai dengan jumlah penderitanya berkisar antara 90-95% dari total penderita diabetes di dunia.
Estimasi prevalensi diabetes melitus pada usia 20-79 tahun sebanyak 6,4% atau 285 juta orang pada tahun 2010 dan akan meningkat menjadi 7,7% atau 439 juta orang pada tahun 2030. Prevalensi diabetes melitus tipe 2 terus meningkat. Penyakit ini jelas memberikan dampak ekonomi pada penderitanya. Sebagai gambaran, data pada tahun 2005 di Amerika Serikat menyebutkan bahwa diabetes membutuhkan biaya hingga 130 miliar USD, yaitu 92 miliar USD adalah biaya medis langsung dan 40 miliar USD adalah kerugian tidak langsung seperti kecacatan, kehilangan pekerjaan, dan kematian. Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang membutuhkan perhatian khusus, lebih-lebih diabetes tipe 2 yang jumlah penderitanya diprediksikan akan terus meningkat.
Diabetes melitus tipe 2 seringkali dihubungkan dengan resistensi insulin. Di mana resistensi insulin itu sendiri didefinisikan sebagai terganggunya kemampuan insulin dalam meningkatkan uptake dan disposal glukosa di otot. Dalam kondisi ini, kadar insulin bisa saja normal namun efek biologisnya subnormal. Resistensi insulin berdampak pada kegagalan respon fisiologis insulin dalam metabolisme glukosa, lipid, protein, serta fungsi endotel vaskuler.
Insulin Reseptor (IR) biasanya hanya ada sedikit di semua jenis sel kecuali pada jaringan target  insulin, yaitu otot rangka , hati, dan lemak. Di ketiga jaringan tersebut ekspresi  IR cukup tinggi. Banyak peneliti menduga bahwa IR merupakan komponen yang bertanggung jawab atas hilangnya sensitivitas insulin atau resistensi insulin. Belakangan ii diketahui bahwa hal tersebut berkaitan dengan ekspresi gen IR oleh HMGA1.


HMGA1 memiliki kemampuan untuk mengikat paket DNA dalam nukleosom dan mengatur ekspresi dari sejumlah gen melalui migrasi mereka  dari heterochromatin ke wilayah euchromatin. Telah terbukti bahwa penghambatan HMGA1 dalam sel secara signifikan dapat  mengurangi ekspresi IR . Sebaliknya, sel-sel dengan ekspresi IR rendah, ketika ditransfeksi dengan HMGA1 maka akan terjadi peningkatan ekspresi gen IR dalam sel tersebut. Semua ini menunjukkan bahwa HMGA1 memainkan peran penting dalam mengatur transkripsi gen IR .
Mekanisme molekuler terjadinya resistensi insulin berhubungan dengan penghambatan HMGA1 oleh FFA.  Induksi FFA berimplikasi pada fosforilasi PKCε dalam sel target insulin utama. Selanjutnya, Phospho PKCε akan terjadi translokasi ke dalam inti sel. Di dalam inti sel, PKCε tersebut akan berinteraksi dengan  HMGA1 sehingga mobilisasinya ke wilayah promotor gen  IR akan terhambat. Hal tersebut akan berdampak pada terbatasnya rekruitmen SP1 dan CEBPβ sehingga ekspresi gen IR tidak bisa maksimal. Kondisi inilah yang kemudian akan berujung pada resistensi insulin dalam sel target.

Kunjungi juga :



 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar